Klasifikasi Pelumas, Apa Yang Membedakan Antara ISO-VG dan SAE?

perbedaan ISO VG dan SAE

Pada dasarnya, pelumas dibagi menjadi 2, yaitu lubricating oil dan grease (minyak gemuk). Namun pada artikel kali ini, kita akan membahas mengenai lubricating oil. Dan pembahasan mengenai grease akan kita terangkan pada postingan berikutnya.

Secara umum, lubricating oil terbagi menjadi 2 jenis utama, yaitu pelumas industri dan pelumas automotif. Pelumas industri digunakan untuk peralatan-peralatan industri, seperti: pembangkit listrik, general manufacturing, pabrik kertas dan peralatan industri lainnya. Sedangkan pelumas automotif digunakan pada unit-unit automotif, seperti: sepeda motor, mobil, truk dan alat berat.

Faktor utama yang membedakan antara pelumas industri dan automotif adalah jenis kekentalan yang digunakan. Pelumas industri biasanya menggunakan kekentalan dengan istilah “ISO-VG” (International Standard Organization Viscosity Grade). Sedangkan pelumas automotif menggunakan kekentalan dengan istilah “SAE” (Society of Automotive Engineers).

Perbedaan antara ISO-VG dan SAE.
Hal membedakan antara kekentalan ISO-VG dan SAE adalah temperatur pengujian viskositas yang digunakan. ISO-VG mengukur viskositas pada temperatur 40oC, sedangkan SAE mengukur viskositas pada temperatur 100oC. 

Pelumas automotif itu sendiri terbagi atas 2 jenis, pelumas engine (SAE engine) dan pelumas gear (SAE gear). Sama – sama mengukur viskositas pada temperatur 100oC, namun hanya berbeda pada pengkodean tingkat kekentalan:

a. SAE engine terdiri dari SAE 0W, 10W, 15W, 20W, 30, 40 dan 50.
b. SAE gear terdiri dari SAE 70W, 75W, 80W, 85W, 90 dan 140.

Komparasi kekentalan ISO-VG dan SAE.
Komparasi kekentalan ISO-VG dan SAE ditunjukkan oleh Gambar berikut. Hal yang harus diingat adalah, walaupun dari komparasi pelumas menunjukkan kekentalan yang sama, jangan pernah gunakan produk pelumas industri untuk otomotif, juga sebaliknya. Karena kebutuhan tiap mesin berbeda-beda. 



Perbedaan antara pelumas automotif dan industri

a.Viskositas

-     Pelumas automotif

Umumnya unit automotif melakukan perjalanan jauh, berpindah tempat dan operasi stop-start. Dalam situasi perpindahan tempat, dapat terjadi perbedaan temperatur lingkungan yang signifikan. Misalnya satu daerah temperatur lingkungannya panas sementara daerah berikutnya dingin, atau perubahan musim. Menyebabkan kebutuhan produk pelumas yang digunakan harus bisa beroperasi pada range temperatur lingkungan yang luas (lebih dari satu temperatur lingkungan).

 

Operasi stop-start juga memiliki tantangan tersendiri pada pelumas. Saat mesin beroperasi pada kondisi operasi normal, pelumas mampu menjalankan tugasnya dengan baik karena daerah pelumasan yang terbentuk adalah mix/hidrodinamik (sedikit/tidak ada kontak metal to metal). Pada saat stop, daerah pelumasan yang terbentuk menjadi boundary (terjadi metal to metal kontak), sehingga membutuhkan anti wear yang bagus. Pada saat stop, pelumas juga menjadi lebih kental daripada kondisi operasi normal, menyebabkan kerja pompa yang lebih berat untuk memompa pelumas. Hal inilah yang membuat pelumas multi grade lebih disukai dibandingkan pelumas mono grade. Pelumas ini bisa digunakan pada range temperatur lingkungan yang lebih jauh (bisa untuk musim dingin dan musim panas).


-     Pelumas industri

Pada aplikasi industri, unit diam ditempat, operasi terus menerus, dan jarang terjadi perubahan suhu lingkungan yang signifikan. Menyebabkan viskositas mono grade lebih disukai pada sektor industri.


b. Aditif

-     Pelumas automotif

Pelumas automotif menggunakan paket aditif yang lebih banyak. Banyaknya kontaminasi yang terjadi selama mesin beroperasi, terutama pada engine oil. Sisa pembakaran yang mengkontaminasi pelumas, menyebabkan pelumas harus mempunyai aditif ekstra untuk mengontrol kontaminasi untuk mencegah terjadinya penumpukan deposit, asam, yang kalau tidak, akan menimbulkan masalah pada mesin.


-     Pelumas industri

Pelumas industri menggunakan paket aditif yang lebih sedikit dibandingkan dengan pelumas automotif. Ini disebabkan oleh kontaminasi yang terjadi selama unit beroperasi lebih sedikit dibandingkan dengan unit automotif. Kontaminasi yang lebih sedikit salah satunya disebabkan oleh tidak terjadinya pembakaran (internal cumbustion). Umunnya, unit yang beroperasi pada sektor industri seperti: turbine, gear dan hydraulic tidak ada pembakaran.


c. Base oil

-     Pelumas Automotif

Limit emisi yang semakin ketat dalam beberapa tahun terakhir, membuat sektor automotif mengembangkan spesifikasi baru, terutama untuk mencapai limit emisi gas buang yang telah ditetapkan. Sangat sulit memenuhi spesifikasi baru ini dengan menggunakan base oil grup I, karena masih banyak mengandung sulfur dan fosfor. Kedua unsur tersebut dapat mengurangi efisiensi kinerja sistem kontrol emisi. Oli engine baru sekarang banyak diformulasikan menggunakan base oil grup II dan grup III.

 

Pelumas sintetik juga lebih banyak digunakan pada sektor automotif dibandingkan dengan sektor industri. Rata – rata pelumas sintetik diformulasikan menggunakan base oil grup III (US), grup IV, atau dengan campuran dari base oil grup IV dan ester.


-     Pelumas Industri

Sektor automotif mendikte tren pasar base oil, sehingga pelumas industri juga menggunakan base oil yang sama dengan yang digunakan pada sektor automotif. Namun demikian, berikut beberapa perbedaan penting.

 

Base oil grup III dan grup IV sangat jarang digunakan pada pelumas industri. Tambahan benefit performa yang diberikan tidak sebanding dengan biaya tambahan yang dikeluarkan. Beberapa pelumas sintetik yang digunakan pada aplikasi  temperatur ekstrim, biasanya diformulasikan dengan base oil grup V ester base oil, bukan grup IV.

Muhammad Saputra Application Engineer, Email : a3.msaputra@gmail.com