Mayoritas user yang mimin jumpai dilapangan, rata - rata sudah memahami grease dan cara pemilihan yang tepat untuk penggunaan pada peralatan industri, seperti: ball, roller dan spherical roller bearing pada aplikasi motor elektrik, fan, crusher dan lain sebagainya. Namun masih ada juga beberapa user yang masih berpedoman hanya pada angka NLGI-nya saja. Jenis thickener dan viskositas diabaikan. Padahal dalam pelimihan grease, jenis thickener, viskositas dan NLGI merupakan satu kesatuan. Kesesuaian ke-tiga item tersebut penting supaya grease yang digunakan bisa memberikan pelumasan yang optimal. Untuk teman – teman yang ingin mempelajari lebih lanjut pengertian thickener, viskositas dan NLGI bisa klik disini.
Pada postingan kali ini, mimin ingin membagikan sedikit tips memilih grease yang tepat untuk ball, roller dan spherical roller bearing. Adapun hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan grease adalah sebagai berikut:
Dimana:
Ukuran diameter dalam dan
diameter luar bisa teman –teman peroleh dengan cara mengukur bearing secara
manual, atau melihat pada buku catalog sesuai dengan nomor yang tertera
bearing. Teman – teman bisa juga mengetahuinya dengan cara searching nomor
bearing di website, seperti pada contoh berikut:
3. Rpm (Kecepatan putar bearing)
Seperti yang telah dijelaskan pada poin 2, untuk mengklasifikasikan kecepatan putar rendah, medium atau tinggi, nilai rpm dikalikan dengan mean diameter. Kemudian nilai ndm disesuaikan dengan speed range yang telah ditetapkan. Disini, mimin menggunakan referensi speed range dari SKF, seperti ditunjukkan oleh Gambar 2. Klasifikasi kecepatan (rendah, medium atau tinggi) menentukan viskositas base oil yang akan digunakan. Ini menentukan apakah temen – temen harus memilih viskositas rendah, sedang atau tinggi. Sebagai pengingat, semakin tinggi rpm semakin rendah viskositas yang digunakan. Juga sebaliknya, semakin rendah rpm, semakin kental viskositas yang digunakan.
Dari tabel
di atas, diketahui bahwa range ndm untuk mengkategorikan kecepatan tiap bearing
berbeda – beda. Misalnya:
a. Ball bearing nilai ndm 100 000 – 300 000 merupakan kategori medium speed, diatas 300000 dikategorikan high speed.
b. Spherical roller / tapered roller bearing nilai ndm 75 000 – 210 000 merupakan medium speed, diatas 210 000 sudah dikategorikan high speed.
c. Roller bearing nilai ndm 75 000 – 270 000 merupakan medium speed, diatas 270 000 sudah dikategorikan high speed.
4. Beban
Dikategorikan menjadi 4 (rendah, sedang, berat dan sangat berat). Semakin tinggi beban semakin kental viskositas base oil yang digunakan. Beban biasanya berhubungan terbalik dengan rpm, bebannya berat – rpmnya rendah. Pada aplikasi beban berat, selain memilih viskositas tinggi, penting juga untuk memilih grease yang menggunakan aditif anti wear/ extreme pressure.
Keterangan:
C : Basic dynamic load rating (kN)
(berat/beban desain operasi bearing
P : Equivalent dynamic bearing load, kN
(berat/beban total yang ditumpu bearing)
Bagaimana cara mengetahui nilai C (basic dynamic load rating)? Teman – teman bisa melihatnya pada buku catalog atau teman – teman bisa juga mengetahuinya dengan cara searching nomor bearing di website, seperti ditunjukkan oleh Gambar 4. Sedangkan P (Equivalent dynamic bearing load), teman – teman harus mengetahui berapa total beban (berat shaft + berat fan + beban lainnya) yang ditumpu oleh bearing.
5. Temperatur operasi
Mengikuti referensi SKF, temperatur operasi diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
- Rendah 0 – 50 deg. C
- Medium >50 – 100 deg. C
- Tinggi > 100 deg. C
Temperatur operasi grease, erat kaitannya dengan jenis thickener yang digunakan. Hal ini disebabkan oleh limit temperatur operasi maksimal dari tiap thickener. Dalam pemilihan thickener, usahakan dropping point thickener tidak mendekati atau sama dengan temperatur operasi berkelanjutan. Temperatur operasi aman dari jenis thickener tertentu adalah 75% dari temperatur dropping point-nya.
Memilih thickener dengan dropping point yang lebih tinggi dari temperatur operasi lebih disukai. Karena grease tidak mudah mencair, kinerja grease optimal dan dapat meningkatkan interval re-greasing. Juga sebaliknya, memilih jenis thickener dengan temperatur operasi yang mendekati temperatur dropping point, grease dapat mencair, kinerja grease kurang optimal dan interval re-greasing menjadi sangat pendek.
Gambar 5. Dropping point tiap thickener.
6. Faktor lingkungan operasi
Sangat menitik beratkan pada pemilihan jenis thickener. Faktor kontaminasi terdiri dari: panas, air, debu, bahan – bahan kimia dan lainnya. Pada kondisi lingkungan atau temperatur operasi panas menggunakan base oil sintetik lebih disarankan. Tips memilih jenis thickener berdasarkan faktor lingkungan operasi ditunjukkan table berikut:
No |
Lingkungan Operasi |
Pemilihan thickener |
Keterangan |
1 |
Panas |
Lihthium Lithium complex Polyuera Clay |
Jenis thickener yang tahan terhadap paparan panas dan panas
berkelanjutan. |
2 |
Basah |
Calcium Lithium-calcium aluminium complex |
tahan terhadap sapuan air |
3 |
Berdebu |
Calcium Lithium-calcium Lithium complex Clay |
Jenis thickener yang sangat adhesive (melekat/ lengket) |
4 |
Sangat kotor dan korosif dan paparan air yang berkelanjutan |
Direkomendasikan menggunakan sistem yang
akan memastikan grease mengalir keluar dari seal untuk mencegah kontaminan
masuk kedalam bearing (menggunakan single point lubricators) |
7. Ekspektasi interval re-greasing
Mempengaruhi pemilihan jenis thickener dan jenis base oil yang digunakan (mineral/ sintetik). Ketika menginginkan interval yang lebih lama, menggunakan jenis thickener complex, seperti calcium complex, lithium complex, aluminium complex dan polyurea lebih disarankan.
Juga mempengaruhi pemilihan base oil yang digunakan. Ketika ekspektasi innterval re-greasing yang lebih panjang, menggunakan base oil sintetik lebih disarankan.
Demikian tips singkat dari mimin, semoga dapat membantu teman – teman dalam memilih grease yang tepat pada pabrik atau industri teman – teman bekerja. Bagi teman – teman yang ingin bertanya lebih lanjut jangan segan untuk menghubungi mimin ya. Salam Lube Insight.